Strategi Penanggulangan Dampak Perubahan Iklim bagi Sektor Pertanian Umum dan Pertanian Lahan Rawa L
- Eka Rismawina, SP
- Dec 12, 2016
- 5 min read
MATERI PENYULUHAN PERTANIAN DALAM BENTUK BAHAN WEBSITE WKPP JIRAK-SEI RUKAM II / TOPIK : TEKNIS BUDIDAYA *)
Dampak perubahan iklim menyebabkan peningkatan suhu udara, kenaikan muka air laut, perubahan pola hujan yang artinya terjadi pergeseran musim, juga menyebabkan perubahan pola iklim ekstrim seperti El Nino yang ditandai oleh adanya musim kemarau yang panjang, dan La Nina, di mana musim hujan lebih lama dari biasanya menjadi lebih sering terjadi dari siklus 3-7 tahun sekali hingga menjadi 2-5 tahun sekali ( BBPP Lembang, 2012 )
Desa Jirak dan Desa Sei Rukam II Kecamatan Pugaan yang termasuk ke dalam WKPP (Wilayah Kerja Penyuluhan Pertanian) Jirak-Sei Rukam II juga tak luput dari dampak akibat perubahan iklim ini. Yang paling terasa adalah pergeseran waktu tanam serta kekeringan dan kebanjiran ekstrim di luar musim yang terjadi pada waktu tanam padi. Sebagai salah satu daerah sentra produksi pangan dalam kegiatan upaya khusus percepatan swasembada pangan komoditas padi, jagung dan kedelai keadaan ini tentu saja mempengaruhi nilai produksi dan produktivitas pada lahan pertanaman di WKPP Jirak-Sei Rukam II tersebut.
Lahan rawa lebak WKPP Jirak-Sei Rukam II Kecamatan Pugaan Kabupaten Tabalong adalah daerah yang berada di wilayah selatan Kabupaten Tabalong. Berdasarkan hasil Identifikasi Potensi Wilayah WKPP Jirak-Sei Rukam II Tahun 2016 diketahui Kecamatan Pugaan adalah daerah yang berada pada kisaran tinggi 8-13 meter dari permukaan laut. Berdasarkan gambar 1 diperlihatkan bahwa lahan rawa lebak dalam (watun III) adalah daerah yang terendah dari ketiga topografi lahan rawa lebak.
Gambar 1. Pembagian lahan rawa lebak berdasarkan topografi, kedalaman, dan lama genangan (Anwarhan, 1989; Widjaja et al, 1992 dalam Rismawina E, 2007)

Keadaan pada gambar tersebut juga menggambarkan bahwa WKPP Jirak-Sei Rukam II yang termasuk ke dalam wilayah administrasi Kecamatan Pugaan menjadikannya sebagai wilayah yang sangat rentan terhadap keadaan banjir ekstrim di luar musim sebagai akibat dari perubahan iklim global karena WKPP Jirak-Sei Rukam II merupakan salah satu wilayah yang paling rendah di Kabupaten Tabalong. Hal ini tentu saja berdampak buruk bagi produksi dan produktivitas hasil pertanian di lahan rawa lebak WKPP tersebut. Terutama bagi lahan rawa lebak topografi terendah pada saat muka air sungai berada dalam kondisi banjir.
Berikut adalah beberapa Best Practise strategi yang dapat dilakukan untuk menanggulangi dampak perubahan iklim bagi sektor pertanian LAHAN RAWA LEBAK DI WKPP JIRAK-SEI RUKAM II KECAMATAN PUGAAN KABUPATEN TABALONG:
1. Perbaikan pola tanam
Siasat dan Kreativitas Petani Sawah Irigasi Mengatasi Dampak Perubahan Iklim) Salah Satu Kawasan Sentra Produksi Padi Di Kabupaten Lampung Timur Bahkan Di Provinsi Lampung, Kecamatan Pekalongan, Kecamatan Batanghari, Dan Kecamatan Batanghari Nuban Kabupaten Lampung Timur (Hafif, Bariot dan Lelya Pramudiani, 2014):
Keterlambatan waktu tanam pada musim rendeng membuat waktu tanam padi pada musim gaduh juga tertunda. Pergeseran atau telatnya waktu tanam pada musim gaduh membuat tanaman riskan akan bahaya cekaman air karena waktu panen mereka jatuh pada musim kemarau. Cekaman air yang terutama terjadi menjelang padi mengalami fase pengisian susu, membuat produksi padi pada musim tanam gaduh lebih rendah 20-50% dibanding produksi padi musim tanam rendeng. Bahkan di beberapa kawasan sawah irigasi yang letaknya agak jauh dari bendungan, tanaman padi sering mengalami puso. Di bawah kondisi curah hujan (iklim) normal, musim kering (kemarau) di mulai pada bulan Juni/Juli dan berakhir pada pertengahan Oktober.
Keterlambatan waktu tanam padi pada musim rendeng, membuat beberapa petani berfikir bagaimana jumlah hujan yang terbatas di awal musim hujan dapat dimanfaatkan, sebelum sawah mereka bisa ditanami padi. Hal inilah yang mendorong petani untuk mencoba menanam palawija terutama jagung di awal musim hujan (Oktober) di lahan sawah irigasi. Jagung selanjutnya pada umur 1,5-2 bulan, dipanen untuk keperluan sayuran (soleng) atau dipanen untuk keperluan pakan. Beberapa petani sawah irigasi lainnya ada pula yang menanam sayur-sayuran, terutama kacang panjang, terong, dan beberapa jenis sayuran lainnya.
Penanaman jagung atau sayuran di awal musim hujan yang awalnya hanya dilakukan oleh beberapa orang petani, saat ini telah menyebar pada kawasan yang cukup luas, terutama dilakukan oleh petani-petani sawah irigasi yang terlambat menerima jatah air irigasi. Bagaimana keragaan tanaman jagung dan sayuran yang ditanam pada sawah irigasi, menjelang penanaman padi pada MT 1 (Ok-Mar). Selanjutnya pada Tabel 1 ditampilkan jenis-jenis komoditas yang ditanam petani pada sawah irigasi dan kalkulasi ekonomi untuk melihat keuntungan yang di dapat petani dalam memanfaatkan curah hujan di awal musim hujan, sembari menunggu datangnya air irigasi untuk penanaman padi pada MT 1.
Tabel 1. Beberapa komoditas yang ditanam petani di sawah irigasi untuk memanfaatkan curah hujan di awal musim hujan, menjelang penanaman padi MT 1 di Lampung

2. Inovasi Teknologi untuk Penataan Lahan dan Jaringan Tata Air pada Pengembangan Pertanian Lahan Rawa Lebak (Achmadi dan Irsal, -----)
Untuk mengatasi dampak perubahan iklim berupa perubahan sistem hidrologi (siklus air) yang muncul seperti banjir dan kekeringan yang ekstrim di luar musim, maka perlu dilakukan suatu penataan lahan dan jaringan tata air pada pertanian lahan rawa lebak.
Guna mengoptimalkan pengembangan lahan lebak untuk usaha pertanian yang sekaligus meningkatkan diversifikasi hasil pertanian dan pendapatan, maka dalam jangka panjang perlu dilakukan penataan lahan dan jaringan tata air. Alternatif pola penataan lahan menurut tipe lahan lebak dan jenis tanahnya disajikan pada Tabel 2. Karena genangan airnya kurang dari 50 cm, lahan lebak dangkal dapat ditata sebagai sawah tadah hujan atau kombinasi sawah dan tukungan maupun sistem surjan, sedangkan lahan lebak tengahan karena genangan airnya lebih dari 50 cm hendaknya ditata sebagai sawah tadah hujan atau kombinasi sawah dan tukungan. Sedangkan lahan lebak dalam yang karena genangan airnya cukup dalam untuk waktu yang lama, hendaknya dibiarkan alami dan digunakan untuk usaha perikanan, tetapi pada musim kemaraunya digunakan untuk usaha tanaman pangan atau hortikultura. Apabila tanahnya berupa gambut, jangan ditata sebagai surjan walaupun tergolong lahan lebak dangkal.
Tabel 2. Alternatif pola penataan lahan menurut tipe lahan lebak dan jenis tanahnya Jenis tanah Tipe lahan lebak

Gambar 2. Skema penataan lahan

Gambar 3. Penataan lahan sistem surjan

Gambar 4. Hasil Penataan lahan surjan dengan tanaman pada lahan rawa lebak watun 1 ; pola tanam ; padi unggul-hortikultura (kacang hijau varietas glatik)-padi unggul

Pada lahan juga dapat dibuat surjan, tinggi guludan pada sistem surjan adalah 50-75 cm, sedangkan lebarnya 2-3 m. Ukuran tukungan adalah tinggi 60-75 cm dan diameter atau sisinya sekitar 2-3 m. Pada petakan lahan yang ditata sistem surjan, pada salah satu sisinya digali saluran berukuran dalam 0,6 m dan lebar 1 m, fungsinya adalah sebagai pengatur kelengasan tanah pada petak sawah dan tempat hidup atau perangkap ikan alam. Guna menyeragamkan tinggi genangan air dan kesuburan tanah di petakan lahan, perlu dilakukan perataan lahan bersamaan dengan kegiatan pengolahan tanah. Pada lokasi lahan lebak tengahan dan lebak dalam perlu dibuat jaringan tata air berupa saluran besar yang menghubungkan petakan lahan ke sungai guna mengalirkan air dari kawasan lahan ke sungai sehingga air genangan cepat surut dan sekaligus sebagai prasarana transpotasi. Sedangkan pada petakan lahan perlu dibuat parit berukuran lebar 1 m dan dalam 0,6 m yang dilengkapi dengan pintu air sistem tabat guna mengalirkan air dari petakan lahan ke saluran besar dan menampung air pada musim kemarau untuk mengairi tanaman serta sekaligus sebagai tempat hidup atau perangkap ikan alam. Sistem jaringan tata air ini akan lebih baik jika dikombinasikan dengan penggunaan pompa air untuk memanfaatkan sungai yang posisinya tidak terlalu jauh dari kawasan lahan lebak. Penataan lahan sistem surjan atau tukungan dapat dilakukan oleh petani tetapi perlu percontohan dan penyuluhan. Sedangkan pembuatan jaringan tata air dan pompa hendaknya dilakukan atau dibantu oleh pemerintah.
---END---
*) Materi Penyuluhan Pertanian dikutip dari Makalah berjudul sama yang disusun oleh EKA RISMAWINA untuk memenuhi tugas Matrikulasi Pengantar Agronomi dan Analisis Pertumbuhan Tanaman pada kegiatan pra perkuliahan Program Studi Magister Agronomi Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru, Kalimantan Selatan, Indonesia, pada bulan Agustus sampai dengan September 2016
Referensi :
Makalah yang disusun bukan merupakan hasil penelitian dan kajian penulis tetapi merupakan sebuah bentuk penyusunan kumpulan kajian pustaka dari berbagai sumber yang penulis dan pemilik sebenarnya saya cantumkan berupa sitasi.
Comments