top of page

Gangguan Tanaman Cabai di Tabalong : Mengenali & Mencegah Penyebab Gangguan Biotik

  • Eka Rismawina, SP
  • Apr 29, 2018
  • 8 min read

Cabai merupakan salah satu komoditas yang termasuk ke dalam upaya khusus swasembada pemerintah Indonesia yang terkenal dengan program UPSUS BABE (Upaya Khusus Bawang dan Cabe). Hal ini dilakukan pemerintah selain untuk menurunkan volume impor cabai juga untuk meningkatkan produktivitas cabai di Indonesia yang hanya mampu menembus angka sebesar 4,35 ton/Ha dari potensi sebenarnya sebesar 10 ton/Ha (Direktorat Jenderal Hortikultura, 2010 dalam Darmayasa, Temaja, Nyana, & Suastika, 2015). Di dalam melakukan budidaya tanaman cabai seringkali muncul gangguan pada tanaman maka pada tulisan ini penulis akan membahas tentang beberapa gangguan yang sering muncul pada tanaman cabai untuk wilayah Tabalong, Kalimantan Selatan.

Gangguan yang sering muncul pada tanaman cabai di wilayah Tabalong

Gangguan yang muncul pada tanaman cabai di Tabalong dapat kita amati secara visual, yakni seringkali gejala dan tanda berupa :

1. Daun yang megeriting, mengeriput dan berwarna cokelat tembaga

2. Daun dan pada beberapa bagian tanaman termasuk buah tertutup lapisan warna hitam pekat dan lengket

3. Daun menguning dan rontok

4. Warna putih seperti lapisan tepung yang menutupi seluruh tanaman

5. Busuk berbentuk lingkaran konsentris secara spot-spot pada buah

6. Busuk buah secara keseluruhan

7. Buah yang mengeriput atau tidak sempurna

Gambar 1. Simbiosis mutualisme semut-aphididae pada tanaman cabai (Photograph by Eka Rismawina, Penyuluh Pertanian Pertama,BPP Kelua, Dinas Pertanian Tabalong)

Munculnya penyebab dari berbagai gangguan yang sudah disebutkan penulis sebelumnya tidak selalu berasal dari faktor biotik tetapi dapat pula berasal faktor abiotik. Penyebab gangguan berupa faktor biotik adalah gangguan yang muncul dari mahluk yang hidup, sedangkan gangguan berupa faktor abiotik adalah gangguan yang berasal dari mahluk yang tidak hidup seperti virus, unsur hara yang tersedia pada tanah/media, kelembaban, suhu, air dan hal lain yang termasuk ke dalam kelompok ini. Penting untuk mengenali tanda dan gejala gangguan tanaman untuk mengetahui penyebab penyakit sehingga kita dapat melakukan pengendalian yang tepat terhadap gangguan tanaman.

Pada tulisan ini selanjutnya penulis akan membatasi pada beberapa gangguan tanaman cabai yang seringkali dijumpai di kabupaten Tabalong:

(1) Hama Thrips ( Thrips parvispinus Karny.) merupakan penyebab gangguan serangan dengan gejala adanya bercak keperak-perakkan. Daun yang terserang berubah warna menjadi coklat tembaga, mengeriting atau keriput dan akhirnya mati. Pada serangan berat menyebabkan daun, tunas atau pucuk menggulung ke dalam dan muncul benjolan seperti tumor, pertumbuhan tanaman terhambat dan kerdil bahkan pucuk tanaman menjadi mati (Endriyono, 2014)

2(a)

2(b)

Gambar 2a Profil hama thrips yakni ; chilli Thrips (Scirtothrips dorsalis Hood, 1919) ( https://www.forestryimages.org/browse/detail.cfm?imgnum=5207026 ); 2b Feeding scars on pepper plant leaves due to an infestation of the chilli thrips, Scirtothrips dorsalis Hood (Photograph by Vivek Kumar, Entomology and Nematology Department, University of Florida)

(2) Hama Kutu Daun (Aphididae) merupakan hama yang dapat menyebabkan gangguan serangan berat yang biasanya terjadi pada musim kemarau. Bagian tanaman yang diserang oleh nimfa dan imago biasanya pucuk tanaman dan daun muda. Daun yang diserang akan mengkerut, mengeriting dan melingkar, menyebabkan pertumbuhan tanaman terhambat dan tanaman menjadi kerdil. Hama ini juga mengeluarkan cairan manis seperti madu, yang biasanya disebut dengan embun madu. Embun madu menarik datangnya semut dan cendawan jelaga. Adanya cendawan pada buah dapat menurunkan kualitas buah (Endriyono, 2014).

3(a)

3(b)

Gambar 3a ; Profil hama Aphididae (https://nzacfactsheets.landcareresearch.co.nz/factsheet/InterestingInsects/Tomato-potato-psyllid---Bactericera-cockerelli.html); 3b Hama (Hemiptera: Aphididae) infest on plant (https://www.alamy.com/stock-photo-glasshouse-potato-aphid-aulacorthum-solani-infestation-on-growing-17915686.html)

(3) Tungau (Polyphagotarsonemus latus dan Tetranychus sp.) penyebab gelaja yang menyerang daun-daun muda dengan cara menghisap cairan tanaman dan menyebabkan kerusakan sehingga terjadi perubahan bentuk menjadi abnormal dan perubahan warna seperti daun menebal dan berubah warna menjadi tembaga atau kecokelatan. Daun menjadi kaku dan melengkung ke bawah, menyusut dan keriting. Serta menyebabkan gugurnya tunas dan bunga tanaman (Endriyono, 2014).

4(a)

4(b)

Gambar 4a.Broad mites atau Polyphagotarsonemus latus (http://biologicalservices.com.au/pests/broad-mite-76.html); 4b.Red spider mites atau Tetranychus sp. (https://hiveminer.com/Tags/mite%2Ctetranychus)

(4) Hama Kutu Kebul (Bemisia tabaci) merupakan penyebab gejala serangan pada daun berupa bercak nekrotik, yang disebabkan oleh rusaknya sel-sel dan jaringan daun akibat serangan nimfa dan serangga dewasa. Pada saat populasi tinggi, serangan kutu kebul dapat menghambat pertumbuhan tanaman. Selain itu muncul pula embun muda berwarna putih yang dikeluarkan oleh kutu kebul dapat menimbulkan serangan lanjutan dari jamur jelaga yang berwarna hitam pekat dan lengket pada daun dan buah yang dapat menyerang berbagai stadia tanaman. Keberadaan embun jelaga menyebabkan terganggunya proses fotosintesis pada daun. Sehingga menghambat pertumbuhan maupun pembuahan tanaman (Endriyono, 2014).

Gambar 5. Hama kutu kebul atau the white flies (https://www.researchgate.net/figure/The-whitefly-Bemisia-tabaci-From-top-to-bottom-and-from-left-to-right-male-smaller_fig1_283416534)

Pada musim kemarau serangan berat pada tanaman cabai bahkan dapat terjadi karena diakibatkan lebih dari satu jenis hama, yakni serangan secara bersamaan antara thrips, kutu daun dan tungau. Beberapa hama penyebab gangguan ini juga merupakan vektor dari virus tertentu yang menyebabkan penyakit pada tanaman cabai.

(5) Penyakit Virus Kuning (Gemini Virus), gejala serangan pada helai daun yakni mengalami vein clearing dimulai dari daun pucuk hingga berkembang menjadi warna kuning yang lebih jelas, tulang daun akan menebal dan daun menggulung ke atas. Infeksi lebih lanjut dari penyakit gemini virus menyebabkan daun mengecil dan berubah warna menjadi kuning terang, tanaman kerdil dan akhirnya tidak berbuah (Endriyono, 2014).

Gambar 6. Gejala penyakit virus kuning atau gemini virus pada berbagai tanaman, tampak daun yang terserang mengalami vein clearing dan pada tanaman tomat daun terserang menjadi menggulung ke arah atas (http://www.scielo.br/scielo.php?script=sci_arttext&pid=S0102-05362016000100008)

(6) Penyakit layu Fusarium (Fusarium oxysporum f. sp.) gejala daun yang terserang mengalami kelayuan mulai dari bagian bawah, menguning dan menjalar ke atas bagian ranting tanaman yang muda. Bila infeksi berkembang tanaman menjadi layu. Warna jaringan akar dan batang akan menjadi coklat. Tempat luka infeksi tertutup hifa putih seperti kapas. Bila serangan terjadi sudah pada saat pertumbuhan tanaman maksimum, maka tanaman masih mungkin untuk dapat menghasilkan buah. Namun bila serangan penyakit sudah sampai pada bagian batang, maka buah kecil akan gugur (Endriyono, 2014).

Gambar 7. Gejala penyakit layu Fusarium pada tanaman cabai yang disebabkan oleh cendawan Fusarium oxysporum f. sp. ( http://www.infonet-biovision.org/PlantHealth/Crops/Peppers)

(7) Penyakit Layu Bakteri (Ralstonia solanacearum), mengenai gejala serangan penyakit pada tanaman cabai yang tua maka layu pertama biasanya terjadi pada daun yang terletak pada bagian bawah tanaman. Sedangkan pada tanaman muda, gejala layu mulai tampak pada daun bagian atas tanaman. Setelah beberapa hari, gejala layu akan diikuti oleh layu yang terjadi secara tiba-tiba, kemudian seluruh daun tanaman menjadi layu permanen, akan tetapi daun akan tetap berwarna tetap hijau walaupun pada beberapa keaadaan akan ada yang berwarna sedikit kekuningan. Jaringan vaskuler dari batang bagian bawah dan akar menjadi kecoklatan. Untuk mengetahui ciri khas jika penyakit disebabkan oleh bakteri adalah dengan memotong secara melintang bagian batang atau akar tanaman cabai, kemudian dicelupkan ke dalam air yang jernih, jika penyakit memang disebabkan oleh bakteri maka akan keluar cairan keruh koloni bakteri yang melayang dalam air menyerupai kepulan asap yang disebut ooze. Serangan penyakit layu bakteri pada buah akan menyebabkan warna buah menjadi kekuningan dan busuk. Infeksi penyakit akan terjadi melalui lentisel dan penyakit akan menjadi lebih cepat berkembang bila ada luka mekanis pada tanaman misal diakibatkan oleh gigitan hama. Penyakit ini juga berkembang dengan cepat pada musim hujan [if supportFields]><span style='font-size:11.0pt; line-height:115%;font-family:"Calibri","sans-serif";mso-ascii-theme-font:minor-latin; mso-fareast-font-family:Calibri;mso-fareast-theme-font:minor-latin;mso-hansi-theme-font: minor-latin;mso-bidi-theme-font:minor-latin;mso-ansi-language:EN-US;mso-fareast-language: EN-US;mso-bidi-language:AR-SA'><span style='mso-element:field-begin;mso-field-lock: yes'></span>ADDIN CSL_CITATION { &quot;citationItems&quot; : [ { &quot;id&quot; : &quot;ITEM-1&quot;, &quot;itemData&quot; : { &quot;author&quot; : [ { &quot;dropping-particle&quot; : &quot;&quot;, &quot;family&quot; : &quot;Endriyono&quot;, &quot;given&quot; : &quot;Winiarti&quot;, &quot;non-dropping-particle&quot; : &quot;&quot;, &quot;parse-names&quot; : false, &quot;suffix&quot; : &quot;&quot; } ], &quot;container-title&quot; : &quot;Jurnal Sarjana Teknik Informatika&quot;, &quot;id&quot; : &quot;ITEM-1&quot;, &quot;issue&quot; : &quot;2&quot;, &quot;issued&quot; : { &quot;date-parts&quot; : [ [ &quot;2014&quot; ] ] }, &quot;page&quot; : &quot;20&quot;, &quot;title&quot; : &quot;Hama dan penyakit pada tanaman cabai serta pengendaliannya&quot;, &quot;type&quot; : &quot;article-journal&quot;, &quot;volume&quot; : &quot;2&quot; }, &quot;uris&quot; : [ &quot;http://www.mendeley.com/documents/?uuid=fcf1d1a1-4a08-4b44-9ab0-8aee25a2e709&quot; ] } ], &quot;mendeley&quot; : { &quot;formattedCitation&quot; : &quot;(Endriyono, 2014)&quot;, &quot;plainTextFormattedCitation&quot; : &quot;(Endriyono, 2014)&quot;, &quot;previouslyFormattedCitation&quot; : &quot;(Endriyono, 2014)&quot; }, &quot;properties&quot; : {<span style='mso-spacerun:yes'>  </span>}, &quot;schema&quot; : &quot;https://github.com/citation-style-language/schema/raw/master/csl-citation.json&quot; }<span style='mso-element:field-separator'></span></span><![endif](Endriyono, 2014)[if supportFields]><span style='font-size:11.0pt;line-height:115%;font-family:"Calibri","sans-serif"; mso-ascii-theme-font:minor-latin;mso-fareast-font-family:Calibri;mso-fareast-theme-font: minor-latin;mso-hansi-theme-font:minor-latin;mso-bidi-theme-font:minor-latin; mso-ansi-language:EN-US;mso-fareast-language:EN-US;mso-bidi-language:AR-SA'><span style='mso-element:field-end'></span></span><![endif].

Gambar 8. Penyakit layu bakteri Ralstonia pada tanaman keluarga cabai-cabaian

(8) Penyakit busuk buah antraknosa (Collectrotichum gloeospoiroides)

Gejala awal penyakit ini ditandai dengan munculnya bercak yang agak mengkilap, sedikit terbenam dan berair, berwarna hitam, orange dan coklat. Warna hitam merupakan struktur dari cendawan (mikro skelerotia), apabila kondisi lingkungan lembab tubuh buah akan berwarna orange atau merah muda. Luka yang ditimbulkan akan semakin melebar dan membentuk sebuah lingkaran konsentris dengan ukuran berdiameter sekitar 30 mm atau lebih. Dalam waktu yang tidak lama buah akan berubah menjadi coklat kehitaman dan membusuk, ledakan penyakit ini sangat cepat pada musim hujan. Serangan yang berat menyebabkan seluruh buah keriput dan mengering. Kulit buah akibat penyakit ini akan berwarna seperti jerami padi (Endriyono, 2014).

Gambar 9. Perbandingan beberap buah yang terinfeksi penyakit antraknosa dan buah yang tidak terserang penyakit antraknosa

(8) Hama lalat buah (Bactrocera sp.), selain diakibatkan serangan patogen penyebab penyakit tanaman cabai, hama lalat buah juga dapat menyebabkan kerusakan pada bagian buah tanaman cabai, baik buah yang yang masih muda maupun buah yang sudah matang. Buah yang terserang akan membusuk dan kemudian jatuh ke tanah. Gejala awal terlihat dari adanya titik hitam pada bagian pangkal buah, yang muncul karena aktifitas lalat buah dewasa yang memasukkan telurnya pada buah cabai. Telur tersebut akan menetas dan berkembang di dalam buah cabai. Larva yang terdapat di dalam buah menimbulkan kerusakan dari dalam, buah cabai akan menjadi berwarna kuning pucat dan layu. Kualitas buah cabai yang terserang hama ini akan sangat menurun dan tidak layak untuk dipasarkan (Endriyono, 2014).

10 (a)

10 (b)

Gambar 10 a. Profil Bactocera dorsalis jantan and betina (http://www.en.ecomanbiotech.com/about-the-fruit-fly-species--biology?lightbox=imagejnk); 10 b. Larva lalat buah Bactocera dorsalis yang berkembang di dalam buah cabai (https://www.shutterstock.com/image-photo/fruit-fly-chili-bactrocera-dorsalis-1020138895?src=Ieub4_ZBKf1BU-jEoJvniA-1-4)

Kiat-kiat khusus cara pengendalian yang tepat terhadap berbagai gangguan pada tanaman cabai

Untuk melakukan pengendalian dari gangguan yang sudah dijelaskan oleh penulis sebelumnya tadi maka yang terbaik adlah melakukan pengendalian OPT (organisme pengganggu tanaman) secara terpadu. Artinya budidaya cabai dilakukan dengan seksama sejak awal mulai dari persiapan lahan, perbenihan, persemaian, penanaman, perawatan hingga pemanenan dan pasca panen. Dalam hal ini kita dapat melakukan tindakan pencegahan terhadap gangguan yang mungkin timbul di masa mendatang dengan melakukan langkah-langkah berikut:

(1) Pilih waktu tanam yang tepat (pertimbangan ketersediaan air yang cukup untuk keperluan persemaian hingga masa tanaman berbuah), khusus untuk setelah cabai yang ditanam setelah selesai panen padi di lahan sawah, maka waktu yang tepat adalah di akhir musim hujan.

(2) Tanam tanaman jagung sebagai tanaman pembatas / border plant satu bulan sebelum tanam cabai.

(3) Untuk mencegah terjadinya gangguan akibat pathogen penyakit di masa depan, maka pada lahan atau media tanam sebaiknya diberikan aplikasi Kompos Trichoderma pada setiap lubang tanam atau pemberian Trichoderma cair yang terpisah dengan pupuk kandang. Kemudian jika tanah pada lahan kita termasuk tanah pH masam, maka sebaiknya diberikan kapur, yang dilanjutkan dengan pemberian pupuk secara berimbang sesuai fase pertumbuhan tanaman.

(4) Olah bedengan sesuai dengan kondisi dan situasi lahan (biasanya dimensi bedengan; 1-1,5 m dengan tinggi 30-40 cm, kemudian jarak antar bedengan 30-50 cm). Jarak tanam yang digunakan dalam penanaman cabai rawit adalah 70 cm x 70 cm atau 60 cm x 70 cm. Pada jarak tanam yang telah ditentukan dibuat lubang tanam pada mulsa plastik perak dengan menggunakan kaleng yang dipanaskan. Lubang tanam dibuat dengan kedalaman 15-20 cm dan diameter 20-25 cm, dan dibiarkan satu malam baru keesokan harinya bibit ditanam.

(5) Menggunakan benih yang bebas pathogen disarankan benih kemasan atau berlabel.

(6) Direkomendasikan menggunakan “mulsa plastik perak” sebab memiliki beberapa keuntungan yaitu memiliki efektifitas dalam melindungi tanah dari terpaan langsung butir hujan, mencegah percikan butir tanah ke tanaman, mencegah pencucian hara, mempertahankan kegemburan tanah-tanah di bawahnya, memperlambat pelepasan karbon dioksida tanah hasil respirasi aktivitas mikroorganisme, memelihara temperatur tanah, mencegah penguapan air tanah, memelihara kandungan bahan organik tanah, mengendalikan pertumbuhan gulma yang merupakan pesaing utama tanaman dalam pengambilan unsur hara dan juga berperan sebagai inang virus, serta memiliki kemampuan menekan populasi serangga vektor virus karena mulsa plastik perak memiliki kemampuan memantulkan sekitar 33 persen cahaya near ultra violet (Fahrurrozi and Stewart, 1994 dalam Darmayasa et al., 2015), gelombang cahaya yang disukai oleh kebanyakan serangga, sehingga serangga akan mengikuti arah pantulan dan meninggalkan pertanaman (Kring, 1974 dalam Darmayasa et al., 2015), dengan adanya kemampuan menekan populasi vektor virus dapat menekan pula terjadinya infeksi virus pada tanaman (Darmayasa et al., 2015).

(7) Melakukan pengamatan secara teratur sehingga jika ditemukan gangguan dapat dilakukan tindakan tindak lanjut yang tepat.

(8) Menggunakan perangkap plastik berwarna kuning untuk hama jenis thrips atau perangkap botol palstik yang diberi antraktan untuk hama lalat buah serta segera kendalikan jika muncul semut.

(9) Hanya gunakan pestisida jika serangan sudah melewati ambang ekonomi. Jika penggunaan pestisida telah disimpulkan mencapai ambang ekonomi maka sebelum menggunakan pestisida kenali gejala, tanda dan penyebabnya, jangan terburu-buru menyimpulkan, amati dengan seksama kemudian pilihlah pestisida yang tepat. Karena gejala yang mirip dapat mengecoh kita jika melakukan kesimpulan tanpa melakukan pengamatan yang seksama.

(10) Hubungi penyuluh pertanian dan petugas POPT yang ada di Balai Penyuluhan Pertanian terdekat untuk berkonsultasi.

*) Dihimpun dari berbagai sumber literatur sesuai yang disitasikan oleh Eka Rismawina, SP (Penyuluh Pertanian Pertama pada BPP Kelua dan Admin Kabupaten Cyber Extention untuk Tabalong)

Tulisan ini juga disampaikan pada siaran Radio Suara Tabalong gelombang 95,4 FM dengan topik "Mengenali penyebab gangguan pada tanaman cabai yang sering muncul di wilayah Tabalong" hari Senin tanggal 23 April 2018 dan diupload pada menu spesifik lokalita cyber extention Kementerian Pertanian, untuk Provinsi Kalimantan Selatan, Kabupaten Tabalong pada hari Sabtu tanggal 28 April 2018 dengan judul "Gangguan Tanaman Cabai di Tabalong : Q & A Mengenali & Mencegah Penyebab Gangguan Biotik (Bag I s.d Bag III)

**) Mohon mencantumkan sumber jika anda ingin menggunakannya kembali ke dalam tulisan anda, manusia yang beradab adalah manusia yang menghargai karya dan pemikiran orang lain (Salam, Wina Ppl from Electronic Posyanluh)

***PPL membangun SDM Pertanian***


Comentários


The Agronomist Society

  • Facebook Clean Grey
  • Twitter Clean Grey
  • LinkedIn Clean Grey

© since 2016 by Eka Rismawina, SP- Agricultural Extensionist on South Borneo. Proudly created with Wix.com

bottom of page